Poros Maritim (6)


Kerajaan-kerajaan Maritim Nusantara

Negara dan bangsa Indonesia dengan karakter sosial budaya kebahariannya sekarang bukanlah merupakan fenomena baru di nusantara ini. Kerajaan-kerajaan maritim nusantara masa lalu yang berdaulat memiliki sistem pertahanan keamanan yang ampuh dan menumbuhkan sektor-sektor ekonomi kebaharian terutama pelayaran dan perikanan. 

Perkembangan infrastruktur kemaritiman berupa rute pelayaran, perdagangan, serta kegiatan pembangunan galangan kapal dari kerajaan-kerajaan besar nusantara menitikberatkan pada pembangungan kekuatan maritim. Setiap kerajaan mempunyai strategi pembangunan kekuatan sosial ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan, dan infrastruktur kebaharian (terutama kapal, perahu, pelabuhan, dan kota pantai) masing-masing. Kerajaan-kerajaan maritim nusantara yang dikenal tangguh dan masyur di antaranya, kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.

Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim yang pernah tumbuh menjadi suatu kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya telah ada sejak tahun 671 M berdasarkan catatan I Tsing, seorang Pendeta Tiongkok. Selanjutnya, berdasarkan prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 diketahui kerajaan ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya. 

Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang yang berangka tahun 686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum kerajaan di Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya. Peristiwa runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah kemungkinan besar berhubungan dengan ekspedisi ini.

Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya mengontrol dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Sriwijaya berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata. Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas selat Malaka dan selat Sunda. 

Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditi seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah. Kekayaan yang melimpah ini membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India sekaligus memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassalnya di seluruh Asia Tenggara.

Untuk memperkuat posisinya di kawasan Asia Tenggara, Sriwijaya menjalin hubungan hubungan dengan kekaisaran China, dan secara teratur mengantarkan utusan beserta upeti. Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, India.

Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang besar. Dengan kekuatan armada lautnya, Sriwijaya menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang, memungut cukai serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya.

Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan biaya atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India. 

Setelah kerajaan Sriwijaya runtuh, muncul kerajaan maritim besar di Jawa yaitu kerajaan Majapahit. Majapahit ini mendasarkan kekuasaannya di laut. Laut-laut dan pantai yang terpenting di Indonesia dikuasainya. Kerajaan ini memiliki angkatan laut yang besar dan kuat. Pada tahun 1377, Majapahit mengirim suatu ekspedisi untuk menghukum raja Palembang dan Sumatra. Majapahit juga mempunyai hubungan dengan Campa, Kampuchea, Siam Birma bagian selatan, dan Vietnam serta mengirim dutanya ke Cina.

Majapahit  didirikan oleh Nararya Sanggramawijaya (Raden Wijaya) pada tahun 1293 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi  kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Wilayah yang disatukan Majapahit meliputi Nusantara, Desantara Indocina, dan Dwipantara Cina dan India. 

Perluasan wilayah ini dicapai berkat politik ekspansi yang dilakukan oleh Patih Mangkubumi Gajah Mada. Pada masa inilah Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Betapa luas wilayah Majapahit sehingga Eksistensi Majapahit sangat disegani diseluruh dunia. Di wilayah Asia, hanya Majapahit yang ditakuti oleh Kekaisaran Tiongkok China. 

Di Asia ini, pada abad XIII, hanya ada dua Kerajaan besar, Tiongkok dan Majapahit. Majapahit adalah sebuah kerajaan maritim terbesar di Nusantara. Dalam Pujasastra dikenal seorang pelaut ulung, yang merupakan tangan kanan Sang Mahapatih Gajah Mada di dalam tugas mempersatukan kepulauan-kepulauan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. 

Konon rahasia kekuatan armada angkatan laut Kerajaan Majapahit sejak jaman Gajah Mada yaitu terletak pada kharisma pimpinan angkatan laut, dia adalah Senopati Sarwajala Mpu Nala. Di bawah kendali Senopati Sarwajala Mpu Nala, kapal-kapal perang Kerajaan Majapahit mampu menaklukkan satu demi satu pulau-pulau dan negara-negara di kawasan 
Nusantara dalam rangka mempersatukan Nusantara, dan semua itu dilakukan untuk meninggikan kedaulatan Majapahit demi terlaksananya Ikrar Sakti Sumpah Palapa.

Majapahit, selain sebagai kerajaan yang besar dengan konsep kemaritiman sebagai ujung tombak penguasaan wilayahnya juga memiliki konsep menyatukan daerah di bawahnya menjadi sebuah pemerintahan yang utuh. Singkatnya, Majapahit mengembangkan wilayah kerajaannya dengan konsep negara kesatuan. Konsep ini muncul dengan 
adanya Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada di hadapan raja Tribhuwanotunggadewi. 

Gajah Mada bertekad mempersatukan seluruh nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Gajah Mada bersumpah bahwa ia tidak akan makan buah palapa sebelum dapat menundukkan Nusantara, yaitu Gurun, Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompu, Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik. 

Sumpah Palapa ini benar-benar terbukti pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk yang memerintah dari tahun 1350 M sampai dengan 1389 M. Kerajaan Majapahit pun mencapai puncak kebesaran dan kejayaannya. Wilayah kekuasaannya yang mencakup hampir seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik 
Indonesia saat ini.

Wilayah Kerajaan Majapahit berada di kawasan sungai berantas dan pesisir pantai selatan pulau jawa membuat kawasan ini menjadi indah nan subur yang mendorong pemimpin Majapahit kala itu membangun pertanian dengan sistem pengairan modern di zamannya. Sistem pengairan yang dibangun majapahit memang luar biasa tidak hanya irigasi, bendungan, waduk tetapi juga dilengkapi kanal-kanal yang dibangun di penjuru kota Majapahit hingga kota ini terbebas dari banjir.

Sistem pengairan inilah pertanian Majapahit menjadi maju pesat hingga Majapahit menjelma menjadi swasembada pangan selanjutnya kanal-kanal sungai di kawasan Majapahit dimanfaatkan sebagai sarana tranfortasi dan jalur perdagangan menjual berbagai produk-produk pertanian, perhutanan mendorong para pedagang asing tertarik menjual barang perdagangan di kawasan ini.

Semenjak itu kawasan Majapahit menjelma sebagai pusat ekonomi kemudian para pedagang membangun bandar pelabuhan disepanjang pesisir pantai hingga tumbuh komunitas-komunitas pedagang dengan membangun kampung-kampung lambat laun kampung tersebut berkembang menjadi 
kota pelabuhan.

Ekonomi Majapahit makin maju mencapai puncak kejayaan setelah Majapahit dikuasai raja Hayam Wuruk bersama maha patih Gajah Mada. Wilayah kekuasaan Majapahit yang luas menjadi jalur perdagangan hingga terjadi kerja sama tidak hanya perdagangan, melainkan juga politik serta sosial budaya. Dengan memanfaatkan jalur perdagangan 
Majapahit menjelma menjadi kerajaan Maritim di nusantara.

Sebagai kerajaan Maritim, Majapahit memanfaatkan perairan di wilayah nusantara tidak hanya digunakan sebagai jalur perdagangan ekonomi, kerjasama antar negara, pertukaran budaya melainkan juga sebagai pertahanan keamanan Majapahit dari serangan negara asing dengan membentuk armada angkatan laut yang kuat. Armada angkatan laut Majapahit dipimpin dua tokoh militer Mahapati Gajah Mada dan Laksamana Mpu Nala memang luar biasa dilengkapi senjata meriam cetbang, kapal perang, kapal berbekalan yang ditempatkan 5 titik penting nusantara: pengairan pulau Sumatera, laut di selatan pulau Jawa, laut Makasar, selat Malaka dan laut Jawa ke arah timur dengan jumlah kapal mencapai ribuan.

Referensi
Bernhard Limbong, Poros Maritim, Margaretha Pustaka, Jakarta, 2014

Comments

Popular posts from this blog

Penyusunan Hukum Agraria Nasional

Konsepsi Ekonomi Kerakyatan