Sekenanya Saja (1)

DAYA MAGIS UANG

Kita tentu selalu mendengar adagium ini: ada uang abang kusayang, ‘ga ada uang abang kutendang. Ada apa dengan uang?? Pertanyaan inilah yang hendak dijawab dalam uraian selanjutnya. 

Uang merupakan sebuah kenyataan, fitur permanen dari kehidupan kita sehari-hari. Uang memberikan irama tertentu dalam kehidupan kita, pesona tertentu, persepsi tertentu mengenai dunia, tempat kita hidup. Uang menciptakan masalah ketika kita tidak memilikinya, dan kemudian menjadi lebih bermasalah ketika kita memilikinya. 

Adalah ilusi bahwa kita berada dalam kendali uang. Namun, faktanya kita tidak memperhatikan bagaimana halus dan intensifnya uang mengontrol kita. Uang membuat kita menjadi tuan sekaligus budak. Kekuasaan kita atas uang adalah nyata manakala kita mampu memahami kekuasaannya atas kita. 

Selama berabad-abad manusia berusaha untuk memahami esensi dari uang. Filsuf, ekonom, negarawan, penulis, bahkan penyair telah menulis tentang uang.  Uang membawa stabilitas dan ketidakstabilan dan membuat orang mencari dan menghindarinya. 

Uang mampu menciptakan dan menghancurkan, mempersatukan dan memisahkan. Uang  dapat  menjadi mitra dan sekaligus menjadi saingan dan dapat memengaruhi nasib individu dan seluruh bangsa. Uang pun membawa kebebasan sekaligus ketergantungan. Orang-orang mendapatkan uang dengan bekerja keras dan menghabiskannya dengan sukacita dan kesedihan. 

Uang pun menjadi objek kognisi dari ilmu ekonomi. Teori ekonomi modern memperlakukan uang sebagai sarana pertukaran yang dirancang untuk memfasilitasi perdagangan. Di sinilah letak pentingnya uang. Tugas ekonomi adalah untuk menjelaskan berapa banyak uang sebagai kebutuhan ekonomi dan faktor apa yang mempengaruhi fluktuasi penawaran dan permintaan uang.

Gambar yang tidak terpisahkan dari uang dapat ditarik berdasarkan analisis bahwa uang bukan hanya sebagai sarana, tetapi juga sebagai tujuan pertukaran. Sebagai sarana pertukaran, uang telah membantu untuk mengembangkan perdagangan, mempercepat dan memperluas pergerakan barang dan jasa, dan bentuk hubungan ekonomi dalam masyarakat. Sebagai tujuan pertukaran, uang mempunyai pengaruh yang besar pada perkembangan manusia itu sendiri, tujuan aktivitasnya, dan sikapnya untuk bekerja. Uang pun telah mengubah orientasi nilai dan ide manusia mengenai standar moral. 

Dalam tulisannya mengenai negara, Aristoteles juga mengutarakan peran ganda uang sebagai sarana dan tujuan pertukaran. Peran ganda uang tersebut kemudian berfungsi sebagai landasan teoritis untuk menentukan gagasan ekonomi sebagai seni memperoleh barang yang berguna dan chrematistics sebagai seni menjadi kaya. Aristoteles menganggap peran pertama dari uang sangat penting dan sesuai dengan cirinya, tapi peran kedua dianggap sebaliknya, tidak alami dan tidak memiliki batas apapun. 

Sejarah telah menunjukkan bahwa kedua peran uang sangat penting. Hasil analisis Karl Marx mengenai esensi uang  menunjukkan bagaimana uang sebagai tujuan pertukaran dapat berubah menjadi modal. Analisis ini kemudian ditelaah lebih lanjut oleh Simmel yang memberi tekanan pada tingkat pengaruh uang pada tindakan manusia ketika uang menjadi tujuan.

Uang telah mengubah tidak hanya dunia benda dan dunia manusia, tetapi juga telah memainkan peranan penting dalam mengubah dunia batin manusia-kepentingan, cita-cita, aspirasi dan kriteria moralnya-. Uang telah mengubah sistem nilai manusia, menempatkan dirinya dengan peran sentral sebagai nilai universal. 

Uang merupakan sebuah nilai. Nilai riil uang diketahui ketika wujudnya berupa logam mulia-dalam bentuk nilainya yang penuh. Namun, uang tetap memiliki nilai tertinggi lantaran perannya sebagai sarana dan tujuan akhir pertukaran. Nilai uang tidak berasal dari bentuk materi tetapi dari kandungannya dalam proses sosial melalui sirkulasinya. 

Terlepas dari bahan atau bentuk simbolisnya, uang memiliki mode sendiri, berpindah dari satu orang ke orang lain. Modus perpindahan khusus ini menjadikan uang sebagai sarana interaksi sosial, menjadi media komunikasi.  Peran inipun merupakan sumber nilai uang yang besar bagi masyarakat.

Mekanisme interaksi sosial dengan sarana uang dapat diringkas sebagai dua aktus yang bergantian: perpindahan dan penyediaan. Orang yang hidup dalam masyarakat bisa saja menyediakan barang hanya dengan memindahkan uang dan menyediakan uang dengan memindahkan barang. Apa yang telah menjadi milik saya menjadi milik orang lain dan apa yang telah menjadi milik orang lain menjadi milik saya sesuai dengan kemampuan membayar. Pada tataran ini, uang berfungsi sebagai alat pertukaran universal dan, karena itu, menjadi ukuran nilai-ukuran dari segalanya.

Uang memenuhi kehendak manusia dengan kekuatan bahan, yang dapat direalisasikan melalui mekanisme sosial - pasar, tapi uang tetap acuh tak acuh terhadap apa yang akan dituju. Uang sungguh-sungguh melayani tindakan manusia, baik destruktif maupun konstruktif dan menjadi sarana untuk menjalankan kehendak dan pikiran manusia. 

Uang menciptakan sebuah situasi dimana seseorang membenarkan tindakan rasionalnya. Intelektual pun berkembang secara paralel dengan ekonomi uang. Di samping itu, uang membantu mengembangkan kecerdasan sosial yang memaksa masyarakat untuk mengontrol permainan bebas kekuatan pasar. 

Uang merupakan sarana penemuan sosial. Sama seperti dulu kala uang diciptakan oleh kehendak sosial, sekarang kita harus menggunakan alasan kekuatan sosial untuk memahami tempat dan peran uang dalam kehidupan masyarakat. Kita harus mencari esensi uang tidak hanya dalam keteraturan pasar, tetapi juga dalam keteraturan pembangunan sosial mengingat uang merupakan produk dari peradaban dan sekaligus alat dari perkembangannya.  

Filosofi uang bukanlah teori hampa. Esensi dan peran uang adalah masalah teoritis dasar. Ini adalah faktor kunci yang menentukan batas-batas kebebasan dan kesetaraan orang dalam masyarakat dengan ekonomi uang. Filosofi uang adalah modus penyelidikan intelektual terhadap esensi uang sebagai fenomena sosial dan pengaruhnya terhadap dunia benda, dunia orang dan dunia batin individu. Filosofi uang dapat memberikan kontribusi tertentu untuk mendidik kemanusiaan dan mengingatkan orang bahwa ukuran segala sesuatu harus selalu manusia.
           
Referensi: 

Aristotle, Politics, Athenian Policy, Mysl, Moscow, 1997
C.Dyke, Philosophy of Eonomics, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall. 1981
Daniel M. Hausman, Essays on philosophy and economic methodology. Cambridge: Cambridge University Press, 1992
G.Simmel, The Philosophy of Money (Ed. By D.Frisby), New York, Routledge, 1995
K. Marx. Capital, Volume 1, trans. Ben Fowkes, Pelican Marx Library, New York: Random House, 1977.
Macmillan, Dictionary of Modern Economics. Fourth edition. INFRA-M, Moscow, 1997
P. Newman, M. Milgate, J. Eatwell (Ed), The New Palgrave Dictionary of Money and Finance, The Macmillan Press Ltd. 1992
V.Sombart, The Bourgeois. Studies in the History of the Spiritual Development of Contemporary Economic Man», Nauka, Moscow,1994.

Comments

Popular posts from this blog

Penyusunan Hukum Agraria Nasional

Konsepsi Ekonomi Kerakyatan